Pages

judul lainnya

pujian

Ayo saling berbagi ilmu !!!

laporan lain

Monday, 2 November 2015

Analisa Vitamin C

A. PENDAHULUAN

Vitamin merupakan senyawa organik kompleks yang esensial untuk pertumbuhan dan fungsi biologis lain dalam tubuh makhluk hidup. Bila tidak ada dalam makanan maka tubuh dapat kekurangan vitamin yang mengakibatkan berbagai keadaan antara lain organ tubuh tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan bila kekurangan berlangsung lama dapat menyebabkan penyakit. Vitamin tidak memberikan kalori dan tidak ikut dalam menyusun jaringan tubuh tetapi memberi fungsi yang spesifik dalam tubuh. (Sudarmadji, 1996).
Vitamin C disebut pula asam askorbat karena tanpa adanya vitamin C dalam tubuh akan menimbulkan skorbut, yaitu perubahan patologis pada gigi dan gusi. Vitamin ini memiliki berat molekul 176 dan rumus molekul C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk kristal tidak berwarna, dengan titik cair pada suhu 190-192 0C. Sifat asam ditentukan oleh ionisasi enol-group pada atom C nomor tiga. Pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada pada keadaan dengan pH tinggi. Vitamin C cukup stabil pada pH 4-6 dan  dapat disintesa dari D-glukosa. Manusia tidak dapat mensintesa vitamin C dari galaktosa maupun glukosa, karena tubuh manusia tidak memiliki enzim L-gulono oksidase yang terdapat dalam mikrosom. (deMan, 1989).
Metode yang dapat digunakan untuk mengukur kadar vitamin c yaitu dengan cara titrasi menggunakan larutan 2,6-Dichloroindophenol  . Metode ini diperkenalkan oleh Tillmanss pada tahun 1930.  larutan 2.6 D akan direduksi oleh L-asam askorbat sehingga warna larutan semula akan berubah membentuk dye. Dye akan berubah warna menjadi pink ( jika kondisinya asam ) dan berwarna biru jika kondisinya basa, terbentuknya warna menandai berakhirnya titrasi. Penentuan vit C dengan menggunakan 2,6 D mempunyai kelemahan, metode ini hanya bisa mendeteksi adanya L- asam askorbat, namun tidak bisa mendeteksi adanya asam L-dehidroaskorbat yangmana masih memilki 80% kemampuan asam askorbat. Selain itu metode ini juga tidak dapat digunakan untuk analisis vitamin C pada daging yang dicuring, karena kandungan isoascorbicacid.
B. TUJUAN
Tujuan Praktikum ini adalah untuk mempelajari cara menganalisa kadar vitamin C dengan metode titrasi 2,6 D.
C. BAHAN DAN ALAT

Bahan yang digunakan adalah : 1) Ale - ale, 2) Buavita, 3) Truz pulp, 4) UC 1000, 5) HPO3-Asam Asetat dan 6) 2,6 Dichloroindophenol . Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1) Beaker glass, 2) Erlenmeyer, 3) Gelas ukur, 4) Kertas saring 5) Buret
D. CARA KERJA
Cara kerja praktikum ini adalah :
1. Peraslah buah – buahan dan saring dengan menggunakan kertas saring. (pada praktikum ini boleh menggunakan jus buah dalam kemasan kotak, dan saring jus tersebut)
2. Ambil hasil saringan (filtrat) sebanyak 10 mL dan masukkan ke dalam Erlenmeyer.
3. Tambahkan 10 mL reagen HPO3-Asam asetat dan gojog sampai merata.
4. Sampel dimasukkan kedalam erlenmeyer kemudian lakukan titrasi.
5. Titrasi dengan larutan 2,6 D yang telah distandarisasi sampai berubah warna yang tidak hilang selama 5 detik.
6. Lakukan hal yang sama untuk blanko (tanpa sampel). Buatlah 3 x ulangan.
7. Hitunglah ekivalen titrasi terkoreksi (titrasi sampel – titrasi blanko).
8. Kadar vitamin C dihitung dengan menggunakan rumus kadar vitamin C.
E. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Dari Praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sabagai berikut :
Kel.Titrasi dengan larutan 2,6 D (mL)Selisih dengan titrasi blanko (mL)Kadar vitamin C (mg)
1 (UC 1000)678,47
Ul 115,515,35510,51
Ul 211,711,55457,47
Ul 310,510,35
2 (Ale - ale)
Ul 10,40,2511,05
Ul 20,50,3515,47
Ul 30,30,156,63
3 (Truz Pulp)
Ul 10,60,4519,89
Ul 20,30,156,63
Ul 30,30,156,63
4 (Buavita)
Ul 17,57,35324,87
Ul 243,85170,17
Ul 310,8537,57

Pembahasan
Vitamin C adalah antioksidan yang larut dalam air, berbentuk kristal putih, dengan berat molekul 176,13 dan rumus molekul C6H8O6. Vitamin C merupakan suatu asam organik, dan terasa asam, tetapi tidak berbau. Dalam larutan, vitamin C mudah rusak karena oksidasi oleh oksigen dari udara, tetapi lebih stabil bila terdapat dalam bentuk kristal kering. Penetapan kadar vitamin C pada daun katuk ditetapkan dengan menggunakan metode larutan 2,6 diklorofenol indofenol. Pengukuran vitamin C dengan titrasi menggunakan 2,6 Dichlorophenol-indopenol. 2,6 ini akan berwarna biru dalam alkali/basa dan netral, serta berwarna merah jambu (pink) dalam asam (Andarwulan, 1992 ).
Berdasarkan pada hasil yang telah didapatkan maka dapat diketahui bahwa kadar vitamin c yang paling banyak adalah pada UC 1000 yaitu sekitar 678,47 mg sedangkan kadar vitamin c yang paling rendah adalah pada ale – ale yaitu 11,05 mg. Untuk menentukan kadar vitamin c pada sampel, pertama kita harus melakukan standarisasi larutan 2,6 dikloroindophenol dengan menggunakan asam askorbat untuk mengetahui titik ekivalen dari vitamin c murni atau asam askorbat sehingga dapat dicari jumlah vitamin c pada samel yang telah dititrasi menggunakan 2,6 dikloroindophenol.
Kesalahan yang sering terjadi adalah pada saat melakukan titrasi, yaitu kesulitan praktikan dalam menentukan perubahan warna sampel yang terjadi (titik ekivalen) hal ini dikarenakan perubahan yang terjadi sedikit ataupun karena bahan yang digunakan memiliki warna yang tidak bisa diketahui perbedaannya secara jelas pada saat sampai dititik ekivalennya.
F. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah kita lakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadar vitamin c dapat diukur dengan metode titrasi 2,6 dikloroindophenol
2. Kadar vitamin c yang paling tinggi terdapat pada UC 1000 dan yang terendah pada sampel ale – ale.
3. Sebelum menguji sampel, sebaiknya dilakukan standarisasi 2,6 D.
DAFTAR PUSTAKA


Andarwulan, Nuri, Sutrisno, K. 1992. Kimia Vitamin. Rajawali Press. Jakarta.
DeMann, John M. 1989. Principles of Food Chemistry. Wadsworth,Inc : Canada
Sudarmadji, S.,dkk. 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty: Yogyakarta.

No comments:

Post a Comment

pencarian lain