Pages

judul lainnya

pujian

Ayo saling berbagi ilmu !!!

laporan lain

Tuesday, 3 November 2015

PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHANSIFAT BIOLOGI DAN FISIOLOGI HASIL PERTANIAN

A. Latar belakang
Karakteristik biologi dan fisiologi merupakan sifat-sifat yang erat kaitannya dengan aktivitas bahan sebagai makhluk biologi. Beberapa contoh adalah aktivitas metabolisme, fotosintesis, respirasi, fermentasi, klimaterik dan kelayuan. Bahan biologi hasil pertanian merupakan benda hidup yang melakukan proses metabolisme selama bahan tersebut masih hidup. Metabolisme suatu bahan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan yang akhirnya dapat menyebabkan bahan tersebut rusak. Proses metabolisme bahan merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan bahan demi kelangsungan hidupnya. Kebutuhan yang utama adalah energi, yang diperlukan untuk melakukan metabolisme. Energi yang dibutuhkan didapat dengan tiga cara, yaitu dengan cara fotosintesis, respirasi dan fermentasi (Syarief, 1988).
Umumnya tahap-tahap proses pertumbuhan atau kehidupan bahan hasil pertanian meliputi tahap pembelahan sel, pembesaran sel, pendewasaan sel (maturation), pematangan (ripening), kelayuan (senescence), dan pembusukan (deterioration). Khususnya pada buah, pembelahan sel terjadi setelah terjadinya pembuahan yang kemudian diikuti dengan pembesaran atau pengembangan sel sampai mencapai volume maksimum. Selanjutnya sel buah berturut-turut mengalami tahap pendewasaan, pematangan, pelayuan dan pembusukan. Berbeda dengan buah-buahan, sayuran tidak mengalami proses pembuahan tetapi proses yang lainnya sama seperti yang terjadi pada buah (Syarief, 1988).
Kelayuan (senescence) adalah suatu tahap normal yang selalu terjadi dalam siklus kehidupan tanaman. Proses kelayuan dapat terjadi setiap kehidupan. Tanaman yang berada pada tahap muda (juvenility), bila mengalami kerusakan dapat langsung terjadi proses pelayuan tanpa melalui tahap dewasa terlebih dahulu. Tanaman dikatakan layu apabila mengalami absisi pada daun, bunga dan buah yaitu ditandai dengan menguningnya daun dan buah yang diikuti dengan adanya bercak-bercak coklat pada bagian-bagian tersebut (Syarief, 1988).
Perubahan sel yang terjadi selama proses kelayuan berbeda-beda setiap tanaman. Umumnya dinding sel menjadi lebih tipis, hilangnya klorofil dari tanaman serta menurunnya kandungan protein. Pada daun, menurunnya kadar klorofil dan protein berlangsung secara bersamaan. Selain itu, kegiatan fotosintesis dan respirasi juga menurun. Keadaan tersebut karena adanya mitokondria yang rusak. Selain itu, perubahan permeabelitas dari membrane sel, dikarenakan jaringan sel terus  melemah sehingga sifat permeabilitasnya juga berubah (Syarief, 1988)..
Terjadi kelayuan apabila suatu hormone yang menghambat sintesa protein. Hormon yang dapat mempercepat terjadinya kelayuan adalah asam absisat dan etilen. Sedangkan hormone yang menghambat proses kelayuan yaitu hormone torasie. Hormon yang dapat mempercepat dan menghambat proses kelayuan yaitu hormone giberellin, auxin dan sitokinin (Syarief, 1988).
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui perubahan biologi dan fisiologi buah dan sayuran sebelum senescence.



II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Apel
Apel ialah jenis buah atau pohon yang menumbuhkan pohon ini. Buah apel biasanya merah di luar saat masak (siap dimakan), namun bisa juga hijau atau kuning. Kulit buahnya sangan lembek dagingnya keras. Ada banyak bibit di dalamnya. Orang mulai pertama kali menumbuhkan apel di Asia Tengah. Kini apel berkembang di banyak daerah di dunia yang lebih dingin. Nama ilmiah pohon apel dalam bahasa Latin ialah Malus. Kebanyakan apel yang ditanam orang ialah Malus sylvestris. Kebanyakan apel bagus dimakan mentah-mentah (tak dimasak), dan juga digunakan banyak jenis makanan pesta. Apel dimasak sampai lembek untuk membuat saus apel. Apel juga dibuat menjadi minuman jus apel dan sari buah apel. Ada banyak jenis apel yang berbeda, termasuk apel Malang, Granny Smith, Pink lady, Golden Delicious, Gala, Red Delicious. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini. Apel mengandung banyak vitamin C dan B. Selain itu apel kerap menjadi pilihan para pelaku diet sebagai makanan substitusi          (Anonim, 2008).
Di Indonesia, apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran tinggi. Sentra produksi apel di adalah Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan (Nongkojajar), Jatim. Di daerah ini apel telah diusahakan sejak tahun 1950, dan berkembang  pesat pada tahun 1960 hingga saat ini. Selain itu daerah lain yang banyak dinanami apel adalah Jawa Timur (Kayumas-Situbondo, Banyuwangi), Jawa
Tengah (Tawangmangu), Bali (Buleleng dan Tabanan), Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Sedangkan sentra penanaman dunia berada di Eropa, Amerika, dan Australia (Van Steenis, 1981).
Pada umumnya buah apel dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah bunga mekar, tergantung pada varietas dan iklim. Rome Beauty dapat dipetik pada umur sekitar 120-141 hari dari bunga mekar, Manalagi dapat dipanen pada umur 114 hari setelah bunga mekar dan Anna sekitar 100 hari. Tetapi, pada musim hujan dan tempat lebih tinggi, umur buah lebih panjang. Pemanenan paling baik dilakukan pada saat tanaman mencapai tingkat masak fisiologis (ripening), yaitu tingkat dimana buah mempunyai kemampuan untuk menjadi masak  normal setelah dipanen. Ciri masak fisiologis buah adalah: ukuran buah terlihat maksimal, aroma mulai terasa, warna buah tampak cerah segar dan bila ditekan terasa kres (Anonim, 2008).
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.
Standar mutu buah apel yang selama ini berlaku:
a) Grade A = 15,9% (1-4 buah/kg)
b) Grade B = 45,2% (5-7 buah/kg)
c) Grade C = 29,6% (8-10 buah/kg)
d) Grade D = 7,0% (11-15 buah/kg)
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Dari setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampai diperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.
a. Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5
b. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yang diambil 7
c. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9
d. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10
e. Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15
(minimum).
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman
atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.
Buah apel dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersih maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih, negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal (Soelarso, 1996).
B. Sawo
Sawo manila (Manilkara zapota) adalah pohon buah yang berumur panjang. Pohon dan buahnya dikenal dengan beberapa nama seperti sawo, sauh atau sauh manila, atau ciku.
Sawo manila merupakan buah yang sangat populer di Asia Tenggara. Wilayah ini adalah produsen dan sekaligus konsumen utama buah ini di dunia. Sawo disukai terutama karena rasanya yang manis dan daging buahnya yang lembut. Kebanyakan buah sawo manila dimakan dalam keadaan segar. Akan tetapi sawo dapat pula diolah menjadi serbat (sherbet), dicampurkan ke dalam es krim, atau dijadikan selai. Sari buah sawo dapat dipekatkan menjadi sirup, atau difermentasi menjadi anggur atau cuka.
Sawo ini terdiri dari beberapa jenis seperti sawo betawi, sawo kulon, sawo karat, sawo pinang, dan sawo maja. Jenis yang dapat diunggulkan hanyalah sawo betawi, sawo kulon, dan sawo karat. Buahnya berbentuk lonjong atau bulat telur dengan diameter sekitar 6-7 cm dan panjang 10 cm. Kulit buah yang masih muda berwarna cokelat tua dan kasar, sedangkan yang tua berubah menjadi cokelat muda dan halus. Daging buah berwarna cokelat muda atau cokelat kemerahan. Buah yang masih muda bergetah dan rasanya sepat, sedangkan buah yang matang rasanya manis tidak sepat dan tidak bergetah. Biasanya dalam setiap buah terdapat 3-5 biji. Biji bilmya ini berwarna hitam (Syamsir, 2007).
Buah sawo matang dimakan segar, tetapi rasa getahnya masih sering melekat pada mulut. Buah matang dapat dibuat minuman segar atau sebagai campuran es krim, tetapi belum diusahakan secara komersial. Kayunya kurang baik untuk bahan bangunan, tetapi sering dibuat ukiran-ukiran, terutama kayu pohon sawo kecil yang harganya mahal. Kayu tanaman ini kurang bagus dijadikan kayu bakar.
Tanaman sawo mudah menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan baru, dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Namun, daerah yang disenangi adalah dataran rendah hingga ketinggian 700 m dpl. Tipe tanah yang dikehendaki adalah lempung berpasir yang mengandung banyak bahan organik dengan pH antara 5,5-7. Curah hujan yang sesuai 1.500-2.500 mm per tahun (beriklim basah). Tanaman sawo tahan terhadap kekeringan dengan lima bulan musim kemarau. Perakarannya cukup kuat sehingga tanaman sawo baik untuk daerah yang rawan erosi. Tanaman ini mampu tumbuh di tempat yang ternaungi maupun terbuka sehingga sering ditanam di lahan rumah.









PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Tempat dan Waktu
Praktikum Mikrobiologi Umum ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Pertanian  Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Pada Hari Jum’at tanggal 14 Oktober 2011 Pukul 13.00 - 14.30 WIB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum Sifat Fisik Hasil Pertanian adalah,1) Neraca Analitik, 2) Nampan plastik.
Bahan yang digunakan yaitu, 1)Apel, 2) Jeruk, 3) Labu siam, 4) Mangga,
5) Nanas, 6) Pisang, 7) Pir, 8) Sawo, 9) Terong, 10) Timun, 11) Tomat, 12) wortel.
Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan oleh praktikan pada praktikum kali ini antara
lain :
1. Buah dan sayur ditimbang 2. Lingkari bagian yang memiliki warna berbeda sesuai dengan ukuran warna tersebut. 3.Ukur bagian tersebut menggunakan penggaris dan hitung luas bagian yang ditandai. 4. Buah dan sayur diletakkan di suhu ruang selama 1 minggu 5. Buah dan sayur diamati perubahan berat dan warnanya.
Persen perubahan warna :
Luas permukaan buah dihitung (a).
Luas permukaan buah yang mengalami perubahan warna dihitung (b).
Luas perubahan warna dihitung dengan rumus :
       Perubahan warna = x 100%
Persen kerusakan sayur
Sayur ditmbang (a).
sayur yang sudah rusak dibuang, kemudian sisa sayur ditimbang (b).
Persen sayur dihitung dengan rumus :
       Persen kerusakan =  x 100%












B.PEMBAHASAN
Pada praktikum yang bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada buah dan sayuran sebelum senescence setelah disimpan selama tujuh hari pada suhu ruang, menggunakan sayur dan buah sebagai bahannya. Adapun bahan yang dibawa kelompok 4 yaitu nanas. jeruk,dan sawo
Untuk nenas pada hari pertama beratnya 295,88gr,dan untuk hari selanjutnya massa dari nenas akan semakin menurun. Hal ini disebabkan terjadinya penguapan kadar air di dalam nenas yang dipengaruhi oleh suhu dalam ruang penyimpanan. Atau sering dikatakan dengan respirasi buah untuk mempertahankan kehidupannya sebelum pembusukan. Suhu ruangan yang lebih tinggi memaksa buah tersebut untuk menyamakan suhu dalam buah itu sendiri, yaitu dengan melepaskan air yang terkandung di dalamnya. Karena tidak lagi mendapatkan makanan dari pohonnya sehingga menyebabkan buah mengerut.
Dalam buah terjadi proses respirasi yang cukup besar sehingga kadar air kimianya berkurang, diikuti dengan perubahan kandungan gula, ATP dan hal lain dalam buah apel tersebut.
Perubahan fisik juga terlihat pada tekstur atau permukaan kulit buah, yaitu dengan adanya kerutan dan bercak-bercak coklat yang kalau ditekan lembek.
Kemudian pada sayuran akan terjadi kelayuan yang sangat drastis. Sehingga dapat dilihat keadaan sayur yang pada awalnya segar setelah 3 hari bentuknya sudah melayu bahkan ada bagian daun yang busuk.
Hal tersebut (kelayuan pada sayur) terjadi karena adanya hormone yang menghambat sintesa protein sehingga sayur menjadi layu. Hormon yang dapat mempercepat terjadinya kelayuan tersebut dapat berupa asam absisat dan etilen.
Warna sayuran yang pada hari pertama masih hijau kemudian setelah hari ketiga sudah hijau kecoklatan. Dan pada hari keenam bagian dari sayur sudah banyak yang berwarna coklat bahkan membusuk.
Panas dilingkungan sangat mempengaruhi kelayuan dan pembusukan pada sayur. Karena sayur tidak tahan dengan suhu tinggi.



















V. KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil pengamatan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
Terjadi perubahan biologis dan fisiologis pada buah dan sayuran selama 1 minggu.
Dalam buah apel terjadi proses respirasi yang cukup besar sehingga kadar air kimianya berkurang.
Hormon yang dapat mempercepat terjadinya kelayuan adalah asam absisat dan etilen.
Hormon yang dapat memperlambat kelayuan yaitu hormone tiorasie.
Hormon yang dapat mempercepat dan menghambat terjadinya kelayuan adalah hormone giberellin, auxin dan sitokinin.










DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1990. Petunjuk Praktis Bertanam Sayur. Kanisius. Yokyakarta.
Anonim. 2008. Apel (online). http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/apel.pdf Diakses 21 Oktober 2008.
Anonim. 2008. Apel (online). http://www.wikipedia.com . Diakses 21 Oktober 2008.
Soelarso, R. Bambang. 1996. Budidaya Apel. Kanisius. Yogyakarta
Sunaryono, Hendro. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayuran Penting di Indonesia. Sinar Baru. Bandung.
Syarief, Rizal. Anies Irawati. 1988. Pengetahuan Bahan Untuk Industri Pertanian. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Van Steenis, C.G.G.J. 1981. Flora untuk Sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita. Jakarta.

No comments:

Post a Comment

pencarian lain