Pages

judul lainnya

pujian

Ayo saling berbagi ilmu !!!

laporan lain

Tuesday, 3 November 2015

PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHANSIFAT BIOLOGI DAN FISIOLOGI HASIL PERTANIAN

A. Latar Belakang
Buah adalah suatu organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah buah biasanya membungkus dan melindungi biji. Aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan.
Pengertian buah dalam lingkup pertanian (hortikultura) atau pangan adalah lebih luas daripada pengertian buah di atas. Karena buah dalam pengertian ini tidak terbatas yang terbentuk dari bakal buah, melainkan dapat pula berasal dari perkembangan organ yang lain. Karena itu, untuk membedakannya, buah yang sesuai menurut pengertian botani biasa disebut buah sejati. Buah seringkali memiliki nilai ekonomi sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri karena di dalamnya disimpan berbagai macam produk metabolisme tumbuhan, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, alkaloid, hingga terpena dan terpenoid.
Ilmu yang mempelajari segala hal tentang buah dinamakan pomologia Dalam pandangan botani, buah adalah sebagai mana yang tercantum pada paragrapf pertama diatas. Pada banyak sepesies tumbuhan yang disebut buah mencakup bakal buah yang telah berkembang lanjut beserta dengan jaringan yang megelilinginya. Bagi tumbuhan yang berbunga buah adalah alat untuk menyebar luaskan biji-bijinya,adanya biji didalam dapat mengidikasikan bahwa organ tersebut adalah buah, meski adapula yang tidak berasal dari biji.Dalam batasan tersebut variasi buah bias sangat besar, mencakup buah mangga, buah apel, buah sawo, buah pir, buah pisang, buah jeruk dan lain lain. Buah dalam pengertian horticultural atau pangan merupakan pengertian yang dipakai oleh masyarakat luas. Dalam pengertian ini , batasan buah menjadi longgar . setiap bagian tumbuhan di permukaan tanah yang tumbuh membesar dan yang biasanya berdaging atau banyak mengandung air dapat disebut buah.
Sayur sayuran beraneka ragam sayur dapat berbentuk rumput, perdu, semak, atau pohaon. Bentuk pertumbuhan tegak pendek, menjulang, atau menjalar dengan hasil yang berupa umbi, bunga, buah atau biji. Umumnya tanaman sayur berbunga sempurna (hermaphrodit), yakni dalam satu bunga terdapat bunga jantan dan bung betina. Alat reproduksi jantan disebut benang sari (stamen), benang sari mengandung tepung sari (polen) dalam kantong sari(anthera). Sementara alat reproduksi betina disebut putik (pistillum). Sayuran sangat penting dikonsumsi untuk kesehatan masyarakat. Nialai gizi dalam makanan kita sehari hari dapat diperbaiki karena syuran merupakan sumber vitamin, mineral, protein nabati dan serat. Zat ini berfungsi untuk mendorong pertumbuhan sel-sel tubuh serta menjaga kesehatan badan.
Secara alami, setelah buah mengalami pematangan segera akan menuju ke proses berikutnya yaitu kelayuan. Akan tetapi seringkali proses kelayuan ini tanpa diawali dengan proses pematangan, kejadian ini terjadi pada buah-buahan yang mengalami kerusakan, misalnya terjadinya memar, luka dan sebagainya. Terjadinya kelayuan pada buah ini mudah diamati yaitu ditandai dengan kulit buah menjadi berkerut sebagai akibat berkurangnya kadar air di dalam buah.Untuk itu kita perlu mempelajari proses terjadinya pelayuan ini karena akan berguna bagi kita sebagai pelaku teknologi hasil pertanian.
Tujuan
Tujuan praktikum pengenalan alat adalah Untuk mengetahui perubahan biologi dan fisiologi sebelum senenscence ( kelayuan).




TINJAUAN PUSTAKA
Apel
Apel  ialah jenis buah atau pohon yang menumbuhkan pohon ini. Buah apel biasanya merah di luar saat masak (siap dimakan), namun bisa juga hijau atau kuning. Kulit buahnya sangan lembek dagingnya keras. Ada banyak bibit di dalamnya. Orang mulai pertama kali menumbuhkan apel di Asia Tengah. Kini apel berkembang di banyak daerah di dunia yang lebih dingin. Nama ilmiah pohon apel dalam bahasa Latin ialah Malus. Kebanyakan apel yang ditanam orang ialah Malus sylvestris. Kebanyakan apel bagus dimakan mentah-mentah (tak dimasak), dan juga digunakan banyak jenis makanan pesta. Apel dimasak sampai lembek untuk membuat saus apel. Apel juga dibuat menjadi minuman jus apel dan sari buah apel. Ada banyak jenis apel yang berbeda, termasuk apel Malang, Granny Smith, Pink lady, Golden Delicious, Gala, Red Delicious. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini. Apel mengandung banyak vitamin C dan B. Selain itu apel kerap menjadi pilihan para pelaku diet sebagai makanan substitusi          (Andi, 2008).
Di Indonesia, apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran tinggi. Sentra produksi apel di adalah Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan (Nongkojajar), Jatim. Di daerah ini apel telah diusahakan sejak tahun 1950, dan berkembang  pesat pada tahun 1960 hingga saat ini. Selain itu daerah lain yang banyak dinanami apel adalah Jawa Timur (Kayumas-Situbondo, Banyuwangi), Jawa
Tengah (Tawangmangu), Bali (Buleleng dan Tabanan), Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Sedangkan sentra penanaman dunia berada di Eropa, Amerika, dan Australia (Van Steenis, 1981).
Pada umumnya buah apel dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah bunga mekar, tergantung pada varietas dan iklim. Rome Beauty dapat dipetik pada umur sekitar 120-141 hari dari bunga mekar, Manalagi dapat dipanen pada umur 114 hari setelah bunga mekar dan Anna sekitar 100 hari. Tetapi, pada musim hujan dan tempat lebih tinggi, umur buah lebih panjang. Pemanenan paling baik dilakukan pada saat tanaman mencapai tingkat masak fisiologis (ripening), yaitu tingkat dimana buah mempunyai kemampuan untuk menjadi masak  normal setelah dipanen. Ciri masak fisiologis buah adalah: ukuran buah terlihat maksimal, aroma mulai terasa, warna buah tampak cerah segar dan bila ditekan terasa kres (Andi, 2008).
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.
Standar mutu buah apel yang selama ini berlaku:
a) Grade A = 15,9% (1-4 buah/kg)
b) Grade B = 45,2% (5-7 buah/kg)
c) Grade C = 29,6% (8-10 buah/kg)
d) Grade D = 7,0% (11-15 buah/kg)
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Dari setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampai diperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.
a. Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5
b. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yang diambil 7
c. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9
d. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10
e. Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15
(minimum).
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman
atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.
Buah apel dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersih maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih, negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal (Soelarso, 1996).
LABU SIAM
Labu siam (Sechium edule Swartz) termasuk dalam famili Cucurbitaceae. Labu siam pertama kali ditemukan oleh Patrick Browne di Jamaika tahun 1756. Tanaman ini banyak ditanam di Filipina, Malaysia, dan Indonesia. Sehari-hari, buah labu siam dimasak sebagai sayur lodeh/asam, oseng-oseng, gado gado. lalapan/salad. Di Meksiko, labu siam tidak hanya buahnya dimanfaatkan sebagai sayuran, tetapi umbinya juga sebagai bahan pangan sumber karbohidrat. Meskipun bentuk buah labu siam tidak menarik, manfaatnya banyak bagi kesehatan manusia. Sayuran yang murah harganya ini merupakan makanan sehat buat jantung dan dapat mencegah penyakit stroke, diabetes melitus, hipertensi, hiperkolesterol, arteriosklerosis, karena mengandung sangat sedikit lemak tetapi mempunyai kalori dan vitamin/antioksidan yang cukup serta serat yang tinggi. Buah labu siam juga mengandung delapan antioksidan flavonoid yang kuat untuk mencegah penyakit kanker. Komposisi nutrisi buah labu siam terdiri dari makronutrien yaitu protein dan karbohidrat dalam bentuk serat yang tinggi dan lemak yang rendah serta mikronutrien yaitu vitamin C yang tinggi dan vitamin-vitamin lainnya serta mineral seperti kalium dan mineral lainnya. Buah labu siam juga mengandung saponin sangat bermanfaat untuk menghambat dan mencegah penyerapan kolesterol dalam darah. Rata-rata konsumsi saponin yang dianjurkan adalah 15 mg setiap hari. Buah labu siam juga mengandung tanin yang bersifat antimikroba, serta alkaloid yang mampu memperlancar peredaran darah sehingga mencegah stroke. Serat buah labu siam dapat mengurangi risiko penyakit kanker yang disebabkan sistem pencernaan yang tidak sempurna. Fungsi komponen komponen dalam buah labu siam secara umum dapat mengikat radikal bebas, mengeluarkan kolesterol, dan mencegah pembentukan plak pada pembuluh darah sehingga dapat mencegah penyakit penyakit degeneratif seperti tersebut diatas.
labu siam mempunyai kegunaan sebagai penurun tekanan darah, mempunyai efek diuretik, dapat menyembuhkangangguan sariawan, panas dalam, demam pada anak-anak serta baik digunakanoleh penderita asam urat dan diabetes mellitus. Penelitian sebelumnyamenyebutkan bahwa labu siam memiliki efek antioksidan antimikrobial diuretik antihipertensi danhipokolesterol (Cruz, 2002).
ekstrak alami kulit labu siam(maserasi) terbukti mempunyai efek hipoglikemik yang mekanismenyaditunjukkan dengan cara menginduksi pembentukan metabolit aktif yang aksinyaditunjukkan pada proses labeling. Proses labeling ini kemungkinan beraksi padaselmembran dan pada ikatan protein yang berhubungan dengan stres oksidatifyang terjadi pada diabetes. Penelitian ini dilakukan pada tikus Wistar yang dibuatdiabetes dengan cara menginjeksikan Streptozotocine sehingga terjadi perusakanpada pankreas. Diduga senyawa yang bertanggung jawab terhadap efekhipoglikemik dari buah labu siam, berasal dari senyawa flavonoidnya (Heinrich, 2005).
TIMUN
Menurut Fikri (2008) di dalam berbagai literatur tertulis, timun merupakan tumbuhan asli India. Tumbuhan ini ditemukan pertama kali 10.000 tahun lalu. Uniknya, dari India timun justru tidak menyebar ke negara Asia lainnya, tetapi malah ditanam di Yunani dan Italia. Setelah itu barulah bibit timun di bawa ke China. Pada abad ke-9 timun ditanam di Prancis. Kemudian abad ke-14 ditanam di Inggris, dan dua abad kemudian barulah timun masuk ke Amerika Utara. Saat itu, tahun 1494 timun sudah ditanam di Haiti. Tahun 1535 tumbuhan ini ditanam petani di Montreal, kemudian tahun 1584 ditanam di Florida. Tidak jelas benar kapan timun masuk ke Indonesia. Yang jelas kini timbuhan ini dapat ditemukan di hampir seluruh dunia (Fikri, 2008).
Masyarakat pada umumnya menanam mentimun (Cucumis Sativus) di sawah atau di ladang sebagai tanaman komersial. Mentimun tumbuh sepanjang tahun dan tergolong tanaman merambat (Mangonting, 2008).
Buah mentimun (Cucumis Sativus) mengandung sejumlah zat kimia alami diantaranya, vitamin A, B, C, E, saponin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang, flavonoid dan polifenol. Secara rinci di dalam 100 gram buah timun terdapat energi 20 kkal, karbohidrat 3.63 gr, gula 1.67 gr, serat pangan 0.5 gr, lemak 0.11 gr, protein 0.65 gr, Vitamin B1 0.027 mg, Vitamin B2 0.033 mg, Vitamin B3 0.098 mg, vitamin B5 0.259 mg, vitamin B6 0.040 mg, folate 2%, vitamin C 2.8 mg, kalcium 16 mg, zat besi 0.28 mg, magnesium 13 mg, fospor 24 mg, potassium 147 mg, zinc 0.20 mg (Fikri, 2008).
Mentimun (Cucumis Sativus) mempunyai banyak khasiat. Dalam berbagai uji coba yang dilakukan, ekstrak mentimun berdampak positif jika digunakan untuk mengobati penyakit seperti susah buang air besar, menurunkan kolesterol, meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah hepatitis, sariawan, demam, darah tinggi dan beberapa gangguan kesehatan lainnya (Mangonting, 2008).


PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Tempat dan Waktu
Praktikum Mikrobiologi Umum ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Pertanian  Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Pada Hari Jum’at tanggal 14 Oktober 2011 Pukul 13.00 - 14.30 WIB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum Sifat Fisik Hasil Pertanian adalah,1) Neraca Analitik, 2) Nampan plastik.
Bahan yang digunakan yaitu, 1)Apel, 2) Jeruk, 3) Labu siam, 4) Mangga,
5) Nanas, 6) Pisang, 7) Pir, 8) Sawo, 9) Terong, 10) Timun, 11) Tomat, 12) wortel.
Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan oleh praktikan pada praktikum kali ini antara
lain :
1. Buah dan sayur ditimbang 2. Lingkari bagian yang memiliki warna berbeda sesuai dengan ukuran warna tersebut. 3.Ukur bagian tersebut menggunakan penggaris dan hitung luas bagian yang ditandai. 4. Buah dan sayur diletakkan di suhu ruang selama 1 minggu 5. Buah dan sayur diamati perubahan berat dan warnanya.
Persen perubahan warna :
Luas permukaan buah dihitung (a).
Luas permukaan buah yang mengalami perubahan warna dihitung (b).
Luas perubahan warna dihitung dengan rumus :
       Perubahan warna = x 100%
Persen kerusakan sayur
Sayur ditmbang (a).
sayur yang sudah rusak dibuang, kemudian sisa sayur ditimbang (b).
Persen sayur dihitung dengan rumus :
       Persen kerusakan =  x 100%
Pembahasan
Proses pematangan buah sangat menarik untuk dipelajari. Perubahan yang secara umun mudah diamati adalah berubahnya warna kulit yang tadinya hijau menjadi kuning, buah yang tadinya bercita rasa asam menjadi manis, tekstur yang tadinya keras menjadi empuk (lunak), serta timbulnya aroma khas karena terbentuknya senyawa-senyawa volatil atau senyawa-senyawa yang mudah menguap. Proses pematangan diartikan sebagai suatu fase akhir dari proses penguraian substrat dan merupakan suatu proses yang dibutuhkan oleh bahan untuk mensintesis enzim-enzim yang spesifik yang di antaranya digunakan dalam proses kelayuan.
Secara alami, setelah buah mengalami pematangan segera akan menuju ke proses berikutnya yaitu kelayuan. Akan tetapi seringkali proses kelayuan ini tanpa diawali dengan proses pematangan, kejadian ini terjadi pada buah-buahan yang mengalami kerusakan, misalnya terjadinya memar, luka dan sebagainya. Terjadinya kelayuan pada buah ini mudah diamati yaitu ditandai dengan kulit buah menjadi berkerut sebagai akibat berkurangnya kadar air di dalam buah. Proses pematangan buah sangat menarik untuk dipelajari. Perubahan yang secara umun mudah diamati adalah berubahnya warna kulit yang tadinya hijau menjadi kuning, buah yang tadinya bercita rasa asam menjadi manis, tekstur yang tadinya keras menjadi empuk (lunak), serta timbulnya aroma khas karena terbentuknya senyawa-senyawa volatil atau senyawa-senyawa yang mudah menguap. Proses pematangan diartikan sebagai suatu fase akhir dari proses penguraian substrat dan merupakan suatu proses yang dibutuhkan oleh bahan untuk mensintesis enzim-enzim yang spesifik yang di antaranya digunakan dalam proses kelayuan.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada buah dan sayuran sebelum senescence setelah disimpan selama tujuh hari pada suhu ruang, menggunakan sayur dan buah sebagai bahannya. Adapun bahan yang dibawa kelompok 3 yaitu apel, ketimun,  dan labu siam.
Untuk apel pada hari pertama beratnya 199,47 g, ketiga 220g, keempat 197,88g, kelima 197,44 g . Untuk sayur labu siam pada hari pertama beratnya 261,19 g, ketiga 257 g, keempat 241,71 g, kelima 237,89 g, sedangkan pada Timun pada hari pertama beratnya 162,1 g, ketiga 170 g, keempat 147,41 g, kelima 144,90 g. Penurunan berat bahan ini disebabkan terjadinya penguapan kadar air di dalam buah dan sayur yang dipengaruhi oleh suhu dalam ruang penyimpanan. Atau sering dikatakan dengan respirasi untuk mempertahankan kehidupannya sebelum pembusukan. Suhu ruangan yang lebih tinggi memaksa buah tersebut untuk menyamakan suhu dalam buah dan sayur itu sendiri, yaitu dengan melepaskan air yang terkandung di dalamnya. Karena tidak lagi mendapatkan makanan dari pohonnya sehingga menyebabkan buah dan sayur ini mengerut.
Dalam buah apel terjadi proses respirasi yang cukup besar sehingga kadar air kimianya berkurang, diikuti dengan perubahan kandungan gula, ATP dan hal lain dalam buah apel tersebut.Perubahan fisik juga terlihat pada tekstur atau permukaan kulit buah, yaitu dengan adanya kerutan dan bercak-bercak coklat yang kalau ditekan lembek.
pada sayuran Labu siam , dan Timun terjadi kelayuan yang sangat drastis. Sehingga dapat dilihat keadaan sayur yang pada awalnya segar setelah 3 hari bentuknya sudah mulai layu.
Kelayuan ini terjadi karena adanya hormone yang menghambat sintesa protein sehingga sayur menjadi layu. Hormon yang dapat mempercepat terjadinya kelayuan tersebut dapat berupa asam absisat dan etilen. Warna sayuran yang pada hari pertama masih hijau dengan kerusakan 0% kemudian pada hari berikutnya tidak terjadi kerusakan yang berarti sampai pada hari keenam, namun terjadi pengerutan yang menandakan sayuran tersebut mulai layu.  Suhu pada lingkungan tempat sayur dan buah berada sangat berpengaruh terhadap waktu pelayuan buah dan sayur, semakin panas suhu lingkungan maka akan semakin cepat terjadinya pelayuan. Selain itu secara umum kerusakan pada buah - buahan dan sayuran itu terdapat pada kerusakan mikrobiologi yang disebabkan oleh mikroorganisme.
V. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah kita lakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Proses kelayuan ditandai dengan  menguningnya warna sayur atau buah diikuti dengan bercak coklat.
Proses kelayuan diikuti dengan penurunan berat bahan.
Terjadi perubahan biologis dan fisiologis pada buah dan sayuran selama 1 minggu
Hormon yang dapat mempercepat terjadinya kelayuan adalah asam absisat dan etilen.
Kerusakan yang terjadi pada sayuran tidak terlalu terlihat.
Hormon yang dapat memperlambat kelayuan yaitu hormone tiorasie.
Hormon yang dapat mempercepat dan menghambat terjadinya kelayuan adalah hormon giberellin, auxin dan sitokinin.

DAFTAR PUSTAKA
Andi. 2008. Apel (online). http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/apel.pdf Diakses 21 Oktober 2011
Cruz. 2002. Bahan Pangan . Sinar Jaya.Jakarta.
Fikri.2008.Pengenalan Holtikultura.Mitra persada.Bogor.
Heinrich.2005.Buah dan sayuran.PT Paramita.Bandung.
Mangonting.2008.Sayuran Lokal Indonesia.PT Gramedia Pustaka Utama.jakarta.
Soelarso, R. Bambang. 1996. Budidaya Apel. Kanisius. Yogyakarta.
Van Steenis C.G.G.J. 1981. Flora untuk Sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
Zulkifli.penelitian ekstrak labu siam. (online).(http:// etd.eprints.ums.ac.id/557156
        /1/K100050226., diakses 21 Oktober 2011).

No comments:

Post a Comment

pencarian lain